Ketika seseorang, terutama kanak-kanak, didiagnosa skoliosis, hal tersebut bukan hanya mempengaruhi kondisi fisiknya, tapi juga mempengaruhi kondisi mentalnya. Biasanya, scoliosis didiagnosa ketika seseorang berusia remaja, di saat pubertas. Pubertas adalah fase ketika terjadi perubahan yang cukup besar pada tubuh sehingga remaja menjadi lebih sadar terhadap bentuk tubuhnya. Mereka ingin mempunyai kontrol terhadap tubuhnya sendiri dan tidak ingin diatur. Sementara treatment dan pemakaian brace masih membutuhkan kontrol dari orang tuanya agar bisa maksimal, sehingga yang terdampak bukan hanya anak, tapi orang tua dan seluruh keluarga.
Beberapa issue yang dapat dialami oleh keluarga dengan anggota yang mengalami skoliosis:
- Penderita skoliosis khawatir pada brace yang akan dipakainya akan membuatnya terlihat aneh, tidak nyaman, dan akan membuat teman-teman mengejeknya.
- Sementara pada orang tua, mereka mengkhawatirkan kesehatan dan masa depan anaknya.
- Orang tua dan anak merasakan stres dengan tingkat stres sehingga keduanya harus selalu dievaluasi kesehatan mentalnya agar pemakaian brace maksimal.
- Dan masih banyak problema dan isu emosional yang bila tidak ditangani dapat menghambat kesembuhan.
Scoliosis Care sangat menyadari hal ini, sehingga kami memberikan pula pelayanan psikolog yang sangat berpengalaman menangani kasus para scolioser. Menjadikannya sebuah satu kesatuan dalam program rehabilitasi skoliosis kami. Hubungi kami untuk mengetahui lebih dalam lagi mengenai dukungan psikologi bagi scolioser. Anda juga dapat pelajari beberapa artikel terpaut di blog kami. Seperti bagaimana Membantu Isu Emosional Anak Ketika Didiagnosa Skoliosis dan Cara Agar Anak Disiplin Memakai Brace .
Meskipun menerima diagnosa skoliosis tidak mudah dan membutuhkan komitmen panjang untuk memperbaikinya, tapi dengan penanganan yang tepat dan support system yang baik, hal ini akan lebih mudah dijalani. Jangan takut untuk minta pertolongan, ya.